JabarNews.id | Sumedangnews: Pada Selasa malam, 18 Februari 2025, wilayah Jatihurip di Kabupaten Sumedang diguncang oleh serangkaian bencana alam yang disebabkan oleh cuaca ekstrem. Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut menyebabkan beberapa kejadian tak terduga, termasuk longsornya Tembok Penahan Tanah (TPT) yang menimpa rumah warga. Bencana ini semakin parah dengan tumbangnya beberapa pohon besar di sekitarnya, yang juga turut merusak rumah dan kendaraan milik warga.
Kejadian pertama yang terdeteksi adalah longsornya TPT yang seharusnya berfungsi untuk menahan pergerakan tanah di area rawan longsor. Longsoran tersebut langsung menimpa salah satu rumah warga, menyebabkan kerusakan cukup signifikan pada bagian belakang rumah tersebut. Material tanah yang longsor tidak hanya menghancurkan tembok, tetapi juga merusak beberapa perabotan di dalam rumah. Sebagian besar penghuni rumah, yang beruntung berada di luar saat kejadian, berhasil menyelamatkan diri sebelum longsoran besar tersebut sampai ke dalam rumah.
Tidak hanya TPT yang mengalami kerusakan, sebuah pohon besar yang tumbang akibat hujan lebat juga menambah daftar kerugian. Di RT 01 RW 05, pohon yang tumbang menimpa rumah milik Hendi dan Diki, mengakibatkan atap rumah mereka roboh dengan cukup parah. Tak hanya itu, dua sepeda motor yang terparkir di halaman rumah tersebut juga ikut tertimpa dan mengalami kerusakan yang cukup signifikan. Meskipun begitu, kejadian ini masih tergolong beruntung karena tidak ada korban jiwa atau luka-luka yang dilaporkan, mengingat warga berhasil menyelamatkan diri tepat waktu.
Sebagai respons terhadap kejadian ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang segera melakukan penilaian terhadap kerusakan yang terjadi dan memberikan bantuan darurat kepada para korban. Selain itu, mereka bekerja sama dengan pihak kepolisian dan warga setempat untuk membersihkan puing-puing dan memastikan tidak ada potensi bahaya lebih lanjut. Meskipun tidak ada korban jiwa, kerugian material yang ditimbulkan cukup besar, mengingat kerusakan pada rumah dan kendaraan warga.
Kejadian ini menambah panjang daftar bencana yang terjadi di Sumedang akibat cuaca ekstrem dalam beberapa minggu terakhir. Sebelumnya, pada awal bulan ini, atap enam ruang kelas di SDN Panyingkiran II juga ambruk, yang disebabkan oleh dampak cuaca ekstrem terhadap struktur bangunan sekolah tersebut. BPBD menyebutkan bahwa curah hujan yang tinggi selama beberapa waktu terakhir menyebabkan kerusakan pada konstruksi bangunan, yang akhirnya menyebabkan atap bangunan tersebut roboh. Kejadian-kejadian serupa semakin menunjukkan bahwa wilayah Sumedang memang rentan terhadap bencana alam, terutama yang disebabkan oleh perubahan cuaca yang ekstrim.
Pemerintah daerah, melalui BPBD, mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan siap menghadapi potensi bencana lainnya, mengingat musim hujan yang masih berlangsung. Masyarakat di wilayah yang rawan longsor dan banjir diminta untuk lebih berhati-hati dan selalu memeriksa kondisi sekitar rumah mereka, terutama pada saat cuaca buruk. Pihak BPBD juga memberikan edukasi kepada warga mengenai langkah-langkah mitigasi bencana yang bisa dilakukan secara mandiri untuk meminimalisir risiko bencana, seperti memeriksa kondisi bangunan rumah, membersihkan saluran air yang tersumbat, dan memperhatikan keberadaan pohon-pohon besar di sekitar rumah yang bisa berpotensi tumbang.
Pemerintah juga terus berupaya untuk memperbaiki infrastruktur di daerah-daerah rawan bencana. Pengecekan berkala terhadap kondisi TPT, pohon besar, dan fasilitas publik lainnya menjadi hal yang sangat penting untuk mengurangi dampak dari bencana alam. Selain itu, pemerintah daerah tengah merencanakan pembangunan saluran drainase yang lebih baik untuk mencegah terjadinya banjir, serta meningkatkan kualitas konstruksi bangunan agar lebih tahan terhadap cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.
Di sisi lain, warga yang terdampak longsor dan pohon tumbang berharap adanya bantuan yang lebih cepat untuk memperbaiki kerusakan rumah mereka. Selain bantuan material, mereka juga membutuhkan bantuan logistik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka sementara rumah mereka dalam proses perbaikan. Kejadian ini menunjukkan pentingnya kesadaran kolektif tentang potensi bencana alam di daerah yang rentan. Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi untuk mengurangi risiko bencana dan meminimalkan kerugian yang ditimbulkan. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan dan kesiapsiagaan harus menjadi prioritas utama, dengan harapan agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Masyarakat Jatihurip dan Sumedang pada umumnya juga semakin memahami bahwa cuaca ekstrem dan perubahan iklim yang semakin tidak terduga membuat penting bagi mereka untuk selalu siap dan siaga terhadap berbagai kemungkinan bencana alam. Pemerintah daerah, melalui BPBD dan instansi terkait, berkomitmen untuk terus memberikan informasi serta fasilitas yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, guna menghadapi tantangan bencana yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim global. (RED)